Kamis, 12 November 2015

MAKALAH ESTETIKA ABAD PERKEMBANGAN DAN ESTETIKA PRA MODERN

Estetika Abad Pertengahan Dan Estetika Pra Modern
PENDIDIKAN SENI RUPA
Dosen Pengampu: M.Reyhan Florean, M.Pd







Disusun Oleh Kelompok 5 ( III/G ) :
1.    Puput Ifa Widiawati   ( 14186206242 )
2.    Ria Latifa              ( 14186206243)
3.    Ferty Retnoningtias    ( 14186206241 )
4.    Riski Fauzi            ( 14186206244)            



           

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jl. Mayor Sujadi Timur 7, Tulungagung. Telp.:(0355)321426
email: stkip@stkippgritulungagung.ac.ad. laman: www.stkippgritulungagung.ac.id.
Tahun Akademik 2014/2015



Kata Pengantar
           
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Seni Rupa Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Seni Rupa yaitu bapak M. Reyhan Florean, M.Pd
Makalah ini disusun untuk membantu mengembangkan kemampuan pemahaman pembaca terhadap Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern. Pemahaman tersebut dapat dipahami melalui pendahuluan, pembahasan masalah, serta penarikan garis kesimpulan dalam makalah ini .
Makalah Pendidikan Seni Rupa Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami mengenai Pendidikan Seni Rupa Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern.
 Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Seni Rupa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk berkarya menyusun makalah. Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep dan pemikiran dalam penyusunan makalah ini.
 Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat saya harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
                                                                                 
                                                                                                 Tulungagung, 27 Maret 2015
                                                                                                                                                                                  
                                                                                                Penulis

Kelompok 4



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …...................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................4
 C. Tujuan Masalah......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.  Pengertian Estetika ...............................................................................................................5
B.   Estetika Abad Pertengahan....................................................................................................6
C.   Estetika Pra Modern..............................................................................................................7
 BAB III PENUTUP
 A. Kesimpulan..........................................................................................................................8
 B. Saran....................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA 






BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Pendidikan Seni Rupa yang berfungsi sebagai dasar keilmuan akan memberikan landasan konseptual bagi mata pelajaran Kerajinan Tangan dan Kesenian. Dalam ilmu pendidikan seni rupa, terdapat kerangka teoretik yang sangat berharga bagi penerapan dan pengayaan materi Kerajinan Tangan dan Kesenian di Sekolah Dasar atau Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu, pada buku ini tidak sepenuhnya mengacu pada kurikulum Kertakes SD, tetapi lebih luas dan mendasar. Pada bahasan praktika diberikan beberapa pilihan tugas berkarya bagi Guru (calon guru) yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran Kertakes.
Kerajinan Tangan dan Kesenian (Kertakes) diberikan bagi murid SD guna menumbuhkan kepekaan rasa keindahan (estetika) sehingga membentuk sikap kreatif, apresiatif dan kritis. Kertakes memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman berapresiasi dan berkreasi yang dapat menghasilkan suatu benda yang bermanfaat.
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang membahas keindahan. Estetika merupakan ilmu membahas bagaimana keindahan bisa terbentuk, bagaimana supaya dapat merasakannya. Estetika merupakan cabang yang sangat dekat dengan filosofi seni.

B.   Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian estetika seni rupa ?
2.    Bagaimana estetika abad pertengahan seni rupa?
3.    Bagaimana estetika pra modern seni rupa?

C.  Tujuan Masalah
1.    Untuk mengetahui pengertian estetika seni rupa.
2.    Untuk menjelaskan estetika abad pertengahan seni rupa.
3.    Untuk menjelaskan estetika pra modern seni rupa.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Estetika
Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit.
Estetika yang berasal dari bahasa Yunani "aisthetika" berarti hal-hal yang dapat dicerap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai pencerapan indera (sense of perception).Alexander Baumgarten (1714 1762), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama memperkenalkan kata "aisthetika", sebagai penerus pendapatCottfried Leibniz (1646-1716). Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowledge).
Untuk estetika sebaiknya jangan dipakai kata filsafat keindahan karena estetika kini tidak lagi semata-mata menjadi permasalahan falsafi tapi sudah sangat ilmiah. Dewasa ini tidak hanya membicarakan keindahan saja dalam seni atau pengalaman estetis, tetapi juga gaya atau aliran seni, perkembangan seni dan sebagainya.
Masalah dalam seni banyak sekali. Di antara masalah tersebut yang penting adalah masalah manakah yang termasuk estetika, dan berdasarkan masalah apa dan ciri yang bagaimana. Hal ini dikemukakan oleh George T. Dickie dalam bukunya "Aesthetica". Dia mengemukakan tiga derajat masalah (pertanyaan) untuk mengisolir masalah-masalah estetika. Yaitu pertama, pernyataan kritis yang mengambarkan,, menafsirkan, atau menilai karya-karya seni yang khas. Kedua pernyataan yang bersifat umum oleh para ahli sastra, musik atau seni untuk memberikan ciri khas genre-genre artistik (misalnya: tragedi, bentuk sonata, lukisan abstrak). Ketiga, ada pertanyaan tentang keindahan, seni imitasi, dan lain-lain.


B. Estetika Abad Pertengahan
Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya senii. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
Gereja Kristen lama bersifat memusuhi seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena memang kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu mmemperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi). Manusia merupakan pusat penciptaan. Segala sesuatu karya kembali kepada manusia sebagai subyek matternya. Hal ini dinamakan anthroposentris.
Tokoh Renesans (dari kata Renaissance), Leon Battista mengatakan bahwa lukisan adalah penyajian tiga dimensi. Ia menekankan penggambaran yang setia dan konsisten dari subyek dramatik sebuah lukisan.
Battista berpendapat pula bahwa seniman harus mempelajari ilmu anatomi manusia, dan kaidah-kaidah teknik senirupa yang lain. Dengan kata lain, seniman perlu mengikuti pendidikan khusus, selain mengembangkan bakat seninya. Pandangan ini pun diikuti para ahli lainnya dan para seniman di jaman initermasuk Leonardo dan Vinci. Istilah akademis dalam seni mulai tampak dirintis, karena ada usaha para seniman untuk mengembangkan ilmu seni secara rasional (teori yang berlandaskan kaidah seni klasik Yunani/Romawi).
  
C. Estetika Pra Modern
Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. Aspek- aspek dari alam yang harmonis pada manusia ini termasuk pengertian moral yang menilai aksi-aksi manusia, dan satu pengertian tentang keindahan yang menilai dan menghargai seni dan alam. Keagungan, termasuk keindahan merupakan kategori estetika yang terpenting.
David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Yang dikatakan baik atau bagus ditentukan oleh konstitusi utama dari sifat dan keadaan manusia, termasuk adat dan kesenangan pribadi manusia. Hume juga membuat konklusi, meskipun tak ada standar yang mutlak tentang penilaian keindahan, selera dapat diobyektifkan oleh pengalaman yang luas, perhatian yang cermat dan sensitivitas pada kualitas-kualitas dari benda.
Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek. Sebuah benda dikatakan indah bila bentuknya menyebabkan saling mempengaruhi secara harmonis,diantara imajinasi dan pengertian (pikiran). Penilaian selera maknanya subjektif dalam arti ini.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
1.    Estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
2.    Abad pertengahan merupakan abad gelap yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya senii. Agama Nasrani (Kristen) yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi "belenggu" seniman.
3.    Anthony Ashley Cooper mengembangkan metafisika neoplatoistik yang memimpikan satu dunia yang harmonis yang diciptakan oleh Tuhan. David Hume lebih banyak menerima pendapat Anthony tetapi ia mempertahankan bahwa keindahan bukan suatu kualitas yang objektif dari objek. Immanuel Kant, seperti Hume, bertahan bahwa keindahan bukanlah kualitas objektif dari objek.

B.  Saran
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern ini, semoga kita semua bisa benar-benar memahami tentang Estetika Abad Pertengahan dan Estetika Pra Modern. Sehingga, kita bisa mengetahui dan memahami isinya.



DAFTAR PUSTAKA





Tidak ada komentar:

Posting Komentar